BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya
peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu fokus didalam
pembangunan pendidikan dewasa sekarang ini. Undang-undang RI No. 20
tahun 2000 tentang sistem Pendidikan Nasional memberikan dasar hukum
untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi,
desentralisasi, otonomi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia. Penerapan semua ketentuan dalam undang-undang tersebut
diharapkan dapat mendukung segala upaya untuk memecahkan masalah
pendidikan, yang pada gilirannya akan dapat memberikan sumbangan yang
signifikan terhadap masalah-masalah makro bangsa Indonesia.
Sejalan
dengan itu, pemberlakuan undang-undang RI No. 22 tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah, menuntut penyelenggaraan pendidikan dengan kewenangan
yang cukup kepada daerah atau sekolah untuk merancang dan menentukan
hal-hal yang akan dibelajarkan, proses pembelajaran, dan penilaian
keberhasilan dari proses pembelajaran. Oleh sebab itu, sebagai
konsekuensinya adalah terciptanya sumber daya manusia dalam hal ini
siswa yang nantinya terjun di masyarakat dapat bersaing di dalam
negaranya maupun di dunia internasional dengan modal skill yang cukup memadai.
Untuk
dapat menghasilkan sumber daya manusia yang memadai atau bermutu adalah
melalui proses pendidikan yang bermutu pula. Begitu pula halnya dalam
proses belajar mengajar atau pelaksanaan pembelajaran dalam mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.
Salah
satu pendekatan pemecahan berbagai permasalahan yang digunakan dalam
rangka peningkatan kualitas pendidikan itu adalah meningkatkan semangat
dan minat belajar siswa serta proses pembelajaran yang bermutu dan
menyenangkan. Para peserta didik tidak hanya mendengar atau mendapat
informasi dari pendidik (guru), tetapi siswa harus berperan aktif.
Dikemukakan Mutohir (2000 : 6), seperti yang dikutip oleh A. Rohmad dalam tesisnya (2004 : 2), bahwa :
Sebagai
salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di sekolah,
pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat strategis
dalam pembentukan manusia seutuhnya. Pendidikan jasmani dan olahraga
tidak hanya berdampak positif pada pertumbuhan fisik anak, melainkan
juga perkembangan mental, intelektual, emosional, dan sosialnya.
Dari pernyataan di atas, peran strategi pembelajaran mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia tidak perlu dipersoalkan, justru yang menjadi
masalah adalah apakah mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai
faktor penting pembentukan manusia seutuhnya sudah ditentukan secara
proporsional? Apakah mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
sekolah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia? Apakah pembelajaran yang sudah dilakukan
mampu memotivasi belajar siswa dan mengambangkan bakat individu secara
utuh dan mandiri? Pertanyaan-pertanyaan tersebut hakekatnya tidak
terlepas dari pertanyaan dasar, apakah kurikulum yang dikembangkan sudah
efektif dan berkualitas?.
Menurut UU. RI. No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, pada bab I ketentuan umum pasal I ayat (19) dijelaskan bahwa :
Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Ditempatkannya mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
sebagai rangkaian isi kurikulum sekolah bukan tanpa alasan. Kurikulum
yang merupakan seperangkat pengetahuan dan keterampilan merupakan upaya
yang sistematis untuk membekali siswa menjadi manusia yang lengkap dan
utuh. Oleh sebab itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Melihat
pentingnya pembelajan Bahasa dan Sastra Indonesia karena secara tidak
langsung nanti akan membentuk nilai kesopanan dan beberapa norma yang
ada di masyarakat. Sebab kemampun berbahasa atau bertutur dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan
dipertanggungjawabkan. Selain itu pula, pendidikan Bahasa dan Sastra
akan membentuk bakat siswa dalam dunia kesastraan Indonesia khususnya
dalam bidang kepenulisan atau bidang berkesenian dan berkebudayaan.
Berdasarkan
pengalaman sebagai mahasiswa praktikum PPL (Program Pengalaman
Lapangan) di SMK NEGERI KUDU JOMBANG, penulis melihat pembelajaran mata
pelajaran Bahasa Indonesia di SMK NEGERI KUDU JOMBANG masih ada yang
belum efektif, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya
adalah dalam proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia
keterbatasan pengetahuan siswa terhadap struktur kebahasan serta kurang
berminatnya pada hoby membaca buku. Kurangnya hal semacam ini lah yang
bbisa menyebabkan dalam pembelajarannya mengalami kesulitan. Demikian
juga beberapa pembelajaran ketatabahasaan, dan masih banyak siswa yang
tidak mengetahui tata cara menggunakan bahasa Indonesia yang benar, juga
dalam menulis, siswa cenderung tidak mengetahui teknik dalam menulis
bahasa Indonesia yang sesuia dengan tataran bahasa Indonesia yang
sebenarnya. Sehingga banyak siswa yang masih menulis dengan cara di
singkat-singkat. Sehingga ketika diberikan tugas, atau siswa di suruh
untuk memcatat materi pembelajaran tentang mereka mengalami kesulitan.
B. Batasan Masalah
Sesuai
dengan tema laporan ini, maka untuk menghindari perbedaan persepsi
diantara pembaca pada umumnya dan yang berkepentingan pada khususnya
maka praktikan memandang perlu memberikan batasan pengertian masalah
sebagai berikut :
v Studi kasus diagnosis kurangnya agresifitas dan keaktifan belajar bahasa Indonesia yaitu :
˜ Studi adalah penelitian.
˜ Kasus adalah masalah khusus yang berhubungan dengan siswa kelas XI TKK 1 SMKN KUDU.
˜ Agresifitas adalah tindakan yang menunjukkan semangat dan punya keinginan besar untuk mencapai sesuatu.
˜ Keaktifan adalah tindakan yang selalu berperan dalam melakukan sesuatu.
˜ Belajar adalah berusaha supaya dapat suatu kepandaian.
Jadi
studi kasus kurangnya agresifitas dan keaktifan belajar Bahasa
Indonesia adalah segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan
menetapkan jenis dan sifat kurangnya agresifitas dan kurangnya belajar
bahasa indonesia, faktor-faktor penyebab serta cara mengatasinya
berdasarkan data dan informasi yang obyektif dan lengkap.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya dan ketentuan bimbingan penyuluhan ketika diberikan kepada siswa yang mempunyai masalah. Oleh karena itu, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
- Bagaimanakah proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas X1 tkk 1 di SMKN kudu?
- Apakah faktor yang menyebabkan terjadinya kuranya keagresifan dan keaktifan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X1 TKK 1 di SMKN kudu?
D. Tujuan
- Adanya reaksi siswa yang kurang memperhatikan, kurang semangat dan tidak aktif dalam mengikuti proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas X1 TKK 1 SMK NEGERI KUDU JOMBANG.
- Untuk mengetahui factor – factor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya kurangnya keagresifan dan kurangnya keaktifan dalam proses pembelajaran Bhasa Indonesia di kelas X1 TKK 1 di SMKN KUDU.
- Metode Penyusunan Studi Kasus
Dalam
penyusunan laporan ini penulis memeriksa semua aspek yang berhubungan
dengan siswa, sehingga dapat diketahui kondisi yang sebenar-benarnya
dengan teknik sebagai berikut :
1. Praduga
Dalam
hal ini penulis mengamati perilaku siswa baik didalam maupun diluar
kelas, dari hasil pengamatan diketahui beberapa siswa yang mempunyai
masalah sehingga perlu mendapatkan perhatian atau pemecahan masalahnya.
2. Konsultasi Klien
Setelah
penulis menentukan klien, hal itu kemudian dikonsultasikan kepada guru
pamong dan penulis mewawancarai klien tentang masalah-masalah siswa yang
dihadapi.
3. Sintesis
Melalui
sitesis ini, penulis memadukan data-data dan informasi yang diperoleh
baik langsung maupun tidak langsung. Sehingga dapat diambil suatu
gambaran secara global tentang kasus klien, yaitu :
˜ Siswa kelas XI TKK 1 kurang antusias dalam pembelajaran Bahasa Indoneia.
˜ Proses komunikasi atau interaksi antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai tenaga pengajar kurang terjadi dengan baik.
˜ Kemampuannya
untuk menerima pelajaran bahasa Indonesia sangatlah kurang, sehingga
dalam pengerjaan serta menulisnya masih sangatlah terbatas.
Keterbatasan tersebut dilihat dari pengumpulan tugas serta dalam
menangkap pembelajaran bahasa Indonesia masih minim..

IDENTIFIKASI KASUS
2.1 Landasan Teori
A. Pengertian Kurangnya Agresifitas dan Keaktifan Siswa dalam belajar.
Aktifitas belajar bagi setiap
individu tidak selamanya dapat berlangsung sesuai harapan.
Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat apa
yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal ini semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang sulit untuk berkonsentrasi.
Demikian
kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam
kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dalam aktifitas belajar. Dalam
keadaan anak didik (siswa) tidak dapat belajar sebagaimana mestinya dan tidak ada semangat atau dorongan untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran disebut "Kurangnya agresifitas dan keaktifan belajar".
Kurangnya
agresifitas dan keaktifan proses pembelajaran tidak selalu disebabkan
karena faktor intelegensi yang rendah, akan tetapi juga disebabkan oleh
faktor-faktor non intelegensi. Dengan demikian IQ yang tinggi belum
tentu menjamin keberhasilan belajar. Oleh karena itu,
dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik,
maka para pendidik perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan
dengan kurangya agresifitas dan keaktifan dalam proses pembelajaran atau masalah kesulitan belajar.

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
A. Faktor yang Mempengaruhi Kurangnya Agresifitas dan Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran.
Banyak
faktor yang mempengaruhi kurangnya agresifitas dan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran di sekolah. Penulis membagi faktor-faktor
tersebut menjadi dua kelompok besar yaitu, faktor luar dan faktor dalam. Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh dalam diri kehidupan siswa.
1. Faktor Luar (Ekstern)
Faktor
ekstern adalah faktor yang datangnya dari luar diri peserta didik yang
mempengaruhi diri peserta didik tersebut. Faktor ini dapat dirincikan
sebagai berikut :
a. Guru
sebagai tenaga pendidik dan pengajar disekolah. Pribadi guru dalam
kelas mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam keaktifan belajar
peserta didik. Jika guru sebagai pendidik dapat menempatkan diri sesuai
fungsinya dengan baik dan sesuai, maka kemampuan diri siswa dalam
belajar akan terpacu dan termotivasi. Salah satu contohnya adalah guru
harus bisa mengajar dengan berbagai macam metode, sehingga pengajar
tidak hanya menonton dan menjenuhkan. Kalau guru bisa menggunakan banyak
metode pengajar maka siswa akan puas mengikuti setiap proses belajar
mengajar, sehingga lebih termotivasi untuk belajar.
b. Peranan orang tua atau keluarga merupakan
pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat juga sebagai
faktor penyebab permasalahan dalam belajar. Sebagai contohnya orang tua
yang tidak atau kurang
memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak
memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya, akan memicu menyebabkan
kurangnya semangat dan kemauan belajar anak. Orang tua yang bersifat
kejam, otoriter dapat mempengaruhi perkembangan mental anak didik. Untuk
itu dibutuhkan hubungan antara orang tua dan anak, karena hal ini
penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Memang kegiatan
belajar ditetapkan di sekolah, namun waktu di keluarga jauh lebih
banyak. Oleh sebab itu, keluarga sangat berperan dalam kegiatan belajar peserta didik.
c. Lingkungan yang mempengaruhi faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan disiplin
belajar peserta didik. Lingkungan yang dimaksud disini adalah
lingkungan pergaulan dimana peserta didik berada. Salah satu contohnya
adalah teman bermain. Jika peserta didik berada pada lingkungan yang
jelek maka secara tidak langsung akan terpengaruhi perilaku yang jelek pula.
2. Faktor Dalam (Intern)
Faktor
intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang
dapat mempengaruhi belajar peserta didik. Faktor ini biasanya sudah
dibawa sejak lahir oleh peserta didik.
Yang termasuk faktor dalam adalah :
a. Bakat dari diri peserta didik.
b. Minat peserta didik.
c. Sifat dari peserta didik.

KESULITAN BELAJAR
DIANOSA, PROGNOSA DAN TINDAK LANJUT
A. Diagnosa
Merupakan
suatu langkah yang ditempuh untuk mencari dan menentukan faktor-faktor
yang menyebabkan timbulnya permasalahan belajar dimana disini terjadi
masalah kurangnya agresifitas dan keaktifan dalam proses pembelajaran
Dikjasor.
Dalam diagnosa ini akan dibahas beberapa hal, yaitu :
v Penentuan masalah yang dihadapi siswa
– Siswa mengalami kurangnya agresifitas dan keaktifan dalam proses pembelajaran bahasa indonesia.
– Kurangnya waktu untuk belajar.
– Kurang ada bakat dalam bahasa indonesia.
v Klasifikasi masalah
– Masalah kurang bisa mengikuti dalam proses pembelajaran.
– Masalah beban psikologis.
– Masalah pengaturan waktu.
v Faktor penyebab masalah
– Masalah pengaturan waktu berolahraga yang tidak stabil dan kurang efisien.
– Pengetahuan dan bakat terhadap pendidikan bahasa indonesia sangat kurang.
– Perasaan malu dan takut melakukan gerakan-gerakan dalam pendidikan bahasa indonesia.
– Kurang dapat menguasai terhadap pendidikan bahasa indonesia.
B. Prognosa
Prognosis adalah suatu langkah yang ditempuh untuk meramalkan hal-hal yang terjadi apabila klien tidak segera diberi bimbingan.
Penulis
berusaha memprediksikan hal-hal negatif yang mungkin saja timbul pada
diri siswa dan alternatif pemecahannya. Untuk memprediksi hal tersebut
diformulasikan sebagai berikut :
v Akses Negatif yang Timbul
– Merasa kurang percaya diri dan merasa terisolir dari teman-temannya.
– Kurang belajar dan berlatih sehingga prestasinya menurun.
– Cenderung menjadi murung dan pendiam (tidak aktif).
v Alternatif Pemecahan Masalah
– Berusaha untuk menumbuhkan rasa percaya diri bahwa dirinya mampu menguasai pelajaran pendidikan bahasa indonesia.
– Menggunakan waktu senggang dengan kegiatan yang menunjang prestasinya.
– Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang berhubungan dengan pelajaran bahasa indonesia.
– Tidak enggan bertanya dan minta bantuan kepada siapapun mengenai pelajaran pendidikan bahasa indonesia.
– Menggunakan teman yang berbakat dan menguasai sebagai sumber berlatih dan belajar pendidikan bahasa indonesia.
C. Treatment
Treatment merupakan suatu usaha untuk mengimplementasikan alternatif pemecahan yang dirumuskan sebelumnya.
D. Tindak Lanjut
Tindak lanjut dari langkah-langkah selanjutnya sekaligus merupakan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
Untuk memperoleh data yang akurat dan mencukupi, maka penulis menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :
v Angket atau Questionare
Þ Yaitu memberi daftar isian yang berisi pertanyaan yang dapat dijawab siswa sesuai dengan keadaanya.
v Interview
Þ Yaitu mencari data dengan cara wawancara secara langsung dengan siswa atau guru dan teman-teman sekelasnya.
v Observasi
Þ Yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap tingkah laku siswa baik di dalam maupun di luar kelas.
v Dokumentasi
Þ Yaitu mendokumentasikan data-data siswa yang berhubungan dengan hasil studinya.
E. Data Tentang Klien
I. Identitas Siswa
a. Nama Lengkap : Sunawan
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Tempat/Tgl. Lahir : Jombang, 17 mei 1993
d. Alamat Rumah : Dsn. Slumbung Ds.Manungkerep Kec. Kabuh
e. Sekolah : SMK NEGERI KUDU
f. Kelas : XI TKK 1
g. Jumlah Saudara : 2
h. Anak ke : 1
i. Tinggal Bersama : Orang Tua Kandung
II. Identitas Orang Tua
a. Nama Ayah : Jamat
b. Agama :Islam
c. Tempat Tanggal Lahir : Jombang, 01 juli 1969
d. Pendidikan Terakhir : SD
e. Pekerjaan : Tani
f. Nama Ibu : Alipah
g. Tempat tanggal lahir : jombang, 16 september 1974
h. Agama : Islam
i. Pendidikan Terakhir : SD
j. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
III. Kebiasaan Belajar Siswa
a. Ruang belajar : ada
b. Meja belajar : Ada
c. Waktu belajar : 2 jam
IV. Bakat dan Cita-cita
a. Bakat : -
b. Hobi : Membaca
c. Cita-cita : Ingin Jadi Orang Sukses
V. Masalah kesehatan
1. sering sakit ketika SD.
2. sering pusing/pening.
3. mdah kaget dan gugup.
V1. Masalah kehidupan ekonomi
1.Kehidapan Ekonomi Tidak Ada Masalah
V11. Masalah Hubungan Sosial Keorganisasian
1.sukar bergaul.
2.takut bergaul dengan lingkungan baru.
3.sering tidak sabar.
4.lebih senang menjadi anggota daripada pemimpin.
X1. Masalah penyesuaian terhadap kurikulum
1.sukar mendapatkan buku-buku.
2.berminat terhadap buku.
3.sering merasa kuatir kalau-kalua di suruh maju kedepan kelas.
4.pelajar hitungan sagat tidak di sukai

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data yang telah di peroleh dapat penyusun simpulkan bahwa adanya Faktor
ekstern yang mempengaruhi diri peserta didik tersebut. Yaitu Guru
sebagai tenaga pendidik dan pengajar disekolah mempunyai peranan yang
cukup menentukan dalam keaktifan belajar peserta didik. Guru harus bisa
mengajar dengan berbagai macam metode, sehingga pengajaran yang
dilakukan tidak hanya menonton dan menjenuhkan. Kalau guru bisa
menggunakan banyak metode pengajar maka siswa akan puas mengikuti setiap
proses belajar mengajar, sehingga lebih termotivasi untuk belajar.
Peranan
orang tua (keluarga, merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.
Untuk itu dibutuhkan hubungan antara orang tua dan anak, karena hal ini
penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Memang kegiatan
belajar ditetapkan di sekolah, namun waktu di keluarga jauh lebih
banyak. Oleh sebab itu keluarga sangat berperan dalam kegiatan belajar
peserta didik. Lingkungan yang mempengaruhi faktor yang sangat besar
pengaruhnya terhadap kegiatan/disiplin belajar peserta didik.
Namun bukan hanya karena faktor ekstren saja yang dapat mepengaruhi pembelajaran si siswa tersebut. Karena Faktor
intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang
dapat mempengaruhi belajar peserta didik. Faktor ini biasanya sudah
dibawa sejak lahir oleh peserta didik, yang termasuk faktor dalam
seperti: Bakat dari diri peserta didik,
Minat peserta didik,dan juga Sifat dari peserta didik tersebut. Jika
kita sudah mengenal tiga aspek dari si siswa tersebut, dari
bakat,minat,dan sifat maka akan dengan mudah mengarahkan dan
memotivasinya.
B. Saran
Pendidikan adalah tanggung jawab guru di sekolah, orang tua di rumah dan masyarakat di lingkungan. Oleh karena itu :
v Sebagai
seorang tenaga pendidik, guru hendaknya mengenal siswanya dengan baik
dengan mengetahui keadaanya dan juga dapat membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh siswa.
v Sebagai orang tua hendaknya setiap hari meluangkan waktu untuk memeriksakan waktu belajar putra-putrinya di rumah.
v Guru dan orang tua selalu memberikan motivasi agar anak tersebut mempunyai semangat untuk tetap belajar.

Hoedaya, Danu. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Pembelajaran Bola Basket : Konsep dan Metode. Jakarta. Bagian Proyek Pembinaan Kelas Olahraga.
Suryabrata,Sumadi. 2005. Metode Penelitian. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta.
0 komentar:
Posting Komentar