Sabtu, 24 September 2011

Contoh (study kasus) kurangnya agresifitas dan keaktifan dlm pembelajaran bahasa indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
 

A.    Latar Belakang Masalah
Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu fokus didalam pembangunan pendidikan dewasa sekarang ini. Undang-undang RI No. 20 tahun 2000 tentang sistem Pendidikan Nasional memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Penerapan semua ketentuan dalam undang-undang tersebut diharapkan dapat mendukung segala upaya untuk memecahkan masalah pendidikan, yang pada gilirannya akan dapat memberikan sumbangan yang signifikan terhadap masalah-masalah makro bangsa Indonesia.
Sejalan dengan itu, pemberlakuan undang-undang RI No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, menuntut penyelenggaraan pendidikan dengan kewenangan yang cukup kepada daerah atau sekolah untuk merancang dan menentukan hal-hal yang akan dibelajarkan, proses pembelajaran, dan penilaian keberhasilan dari proses pembelajaran. Oleh sebab itu, sebagai konsekuensinya adalah terciptanya sumber daya manusia dalam hal ini siswa yang nantinya terjun di masyarakat dapat bersaing di dalam negaranya maupun di dunia internasional dengan modal skill yang cukup memadai.
Untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang memadai atau bermutu adalah melalui proses pendidikan yang bermutu pula. Begitu pula halnya dalam proses belajar mengajar atau pelaksanaan pembelajaran dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.
Salah satu pendekatan pemecahan berbagai permasalahan yang digunakan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan itu adalah meningkatkan semangat dan minat belajar siswa serta proses pembelajaran yang bermutu dan menyenangkan. Para peserta didik tidak hanya mendengar atau mendapat informasi dari pendidik (guru), tetapi siswa harus berperan aktif.
Dikemukakan Mutohir (2000 : 6), seperti yang dikutip oleh A. Rohmad dalam tesisnya (2004 : 2), bahwa :
Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di sekolah, pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat strategis dalam pembentukan manusia seutuhnya. Pendidikan jasmani dan olahraga tidak hanya berdampak positif pada pertumbuhan fisik anak, melainkan juga perkembangan mental, intelektual, emosional, dan sosialnya.

Dari pernyataan di atas, peran strategi pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tidak perlu dipersoalkan, justru yang menjadi masalah adalah apakah mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai faktor penting pembentukan manusia seutuhnya sudah ditentukan secara proporsional? Apakah mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia? Apakah pembelajaran yang sudah dilakukan mampu memotivasi belajar siswa dan mengambangkan bakat individu secara utuh dan mandiri? Pertanyaan-pertanyaan tersebut hakekatnya tidak terlepas dari pertanyaan dasar, apakah kurikulum yang dikembangkan sudah efektif dan berkualitas?.
Menurut UU. RI. No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, pada bab I ketentuan umum pasal I ayat (19) dijelaskan bahwa :
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Ditempatkannya mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai rangkaian isi kurikulum sekolah bukan tanpa alasan. Kurikulum yang merupakan seperangkat pengetahuan dan keterampilan merupakan upaya yang sistematis untuk membekali siswa menjadi manusia yang lengkap dan utuh. Oleh sebab itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Melihat pentingnya pembelajan Bahasa dan Sastra Indonesia karena secara tidak langsung nanti akan membentuk nilai kesopanan dan beberapa norma yang ada di masyarakat. Sebab kemampun berbahasa atau bertutur dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan dipertanggungjawabkan. Selain itu pula, pendidikan Bahasa dan Sastra akan membentuk bakat siswa dalam dunia kesastraan Indonesia khususnya dalam bidang kepenulisan atau bidang berkesenian dan berkebudayaan.
Berdasarkan pengalaman sebagai mahasiswa praktikum PPL (Program Pengalaman Lapangan) di SMK NEGERI KUDU JOMBANG, penulis melihat pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMK NEGERI KUDU JOMBANG masih ada yang belum efektif, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah dalam proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia keterbatasan pengetahuan siswa  terhadap struktur kebahasan serta kurang berminatnya pada hoby membaca buku. Kurangnya hal semacam ini lah yang bbisa menyebabkan dalam pembelajarannya mengalami kesulitan. Demikian juga beberapa pembelajaran ketatabahasaan, dan masih banyak siswa yang tidak mengetahui tata cara menggunakan bahasa Indonesia yang benar, juga dalam menulis, siswa cenderung tidak mengetahui  teknik dalam menulis bahasa Indonesia yang sesuia dengan tataran bahasa Indonesia yang sebenarnya. Sehingga banyak siswa yang masih  menulis dengan cara di singkat-singkat. Sehingga ketika diberikan tugas, atau siswa di suruh untuk memcatat materi pembelajaran tentang mereka  mengalami kesulitan.

B.     Batasan Masalah
Sesuai dengan tema laporan ini, maka untuk menghindari perbedaan persepsi diantara pembaca pada umumnya dan yang berkepentingan pada khususnya maka praktikan memandang perlu memberikan batasan pengertian masalah sebagai berikut :
v  Studi kasus diagnosis kurangnya agresifitas dan keaktifan belajar  bahasa Indonesia yaitu :
˜ Studi adalah penelitian.
˜ Kasus adalah masalah khusus yang berhubungan dengan siswa kelas XI TKK 1 SMKN KUDU.
˜ Agresifitas adalah tindakan yang menunjukkan semangat dan punya keinginan besar untuk mencapai sesuatu.
˜ Keaktifan adalah tindakan yang selalu berperan dalam melakukan sesuatu.
˜ Belajar adalah berusaha supaya dapat suatu kepandaian.
Jadi studi kasus kurangnya agresifitas dan keaktifan belajar  Bahasa Indonesia adalah segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kurangnya agresifitas dan kurangnya belajar bahasa indonesia, faktor-faktor penyebab serta cara mengatasinya berdasarkan data dan informasi yang obyektif dan lengkap.

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya dan ketentuan bimbingan penyuluhan ketika diberikan kepada siswa yang mempunyai masalah. Oleh karena itu, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
  • Bagaimanakah proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas X1 tkk 1 di SMKN kudu?
  • Apakah faktor yang menyebabkan terjadinya kuranya keagresifan dan keaktifan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X1 TKK 1 di SMKN kudu?
D.    Tujuan
  • Adanya reaksi siswa yang kurang memperhatikan, kurang semangat dan tidak aktif dalam mengikuti proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas X1 TKK 1 SMK NEGERI KUDU JOMBANG.
  • Untuk mengetahui factor – factor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya kurangnya keagresifan dan kurangnya keaktifan dalam proses pembelajaran Bhasa Indonesia di kelas X1 TKK 1 di SMKN KUDU.

  1. Metode Penyusunan Studi Kasus
Dalam penyusunan laporan ini penulis memeriksa semua aspek yang berhubungan dengan siswa, sehingga dapat diketahui kondisi yang sebenar-benarnya dengan teknik sebagai berikut :
1.      Praduga
Dalam hal ini penulis mengamati perilaku siswa baik didalam maupun diluar kelas, dari hasil pengamatan diketahui beberapa siswa yang mempunyai masalah sehingga perlu mendapatkan perhatian atau pemecahan masalahnya.
2.      Konsultasi Klien
Setelah penulis menentukan klien, hal itu kemudian dikonsultasikan kepada guru pamong dan penulis mewawancarai klien tentang masalah-masalah siswa yang dihadapi.
3.      Sintesis
Melalui sitesis ini, penulis memadukan data-data dan informasi yang diperoleh baik langsung maupun tidak langsung. Sehingga dapat diambil suatu gambaran secara global tentang kasus klien, yaitu :
˜ Siswa kelas XI TKK 1  kurang antusias dalam pembelajaran Bahasa Indoneia.
˜ Proses komunikasi atau interaksi antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai tenaga pengajar kurang terjadi dengan baik.
˜ Kemampuannya untuk menerima pelajaran bahasa Indonesia sangatlah kurang, sehingga dalam pengerjaan serta menulisnya masih  sangatlah terbatas. Keterbatasan tersebut dilihat dari pengumpulan tugas  serta dalam menangkap pembelajaran bahasa Indonesia masih minim..



BAB 11
IDENTIFIKASI KASUS

2.1   Landasan Teori
A.    Pengertian Kurangnya Agresifitas dan Keaktifan Siswa dalam belajar.
Aktifitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung sesuai harapan. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal ini semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang sulit untuk berkonsentrasi.
Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dalam aktifitas belajar. Dalam keadaan anak didik (siswa) tidak dapat belajar sebagaimana mestinya dan tidak ada semangat atau dorongan untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran disebut "Kurangnya agresifitas dan keaktifan belajar".
Kurangnya agresifitas dan keaktifan proses pembelajaran tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah, akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi. Dengan demikian IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Oleh karena itu, dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik, maka para pendidik perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kurangya agresifitas dan keaktifan dalam proses pembelajaran atau masalah kesulitan belajar.







BAB III
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

A. Faktor yang Mempengaruhi Kurangnya Agresifitas dan Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran.
Banyak faktor yang mempengaruhi kurangnya agresifitas dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Penulis membagi faktor-faktor tersebut menjadi dua kelompok besar yaitu, faktor luar dan faktor dalam. Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh dalam diri kehidupan siswa.
1.      Faktor Luar (Ekstern)
Faktor ekstern adalah faktor yang datangnya dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi diri peserta didik tersebut. Faktor ini dapat dirincikan sebagai berikut :
a.       Guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar disekolah. Pribadi guru dalam kelas mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam keaktifan belajar peserta didik. Jika guru sebagai pendidik dapat menempatkan diri sesuai fungsinya dengan baik dan sesuai, maka kemampuan diri siswa dalam belajar akan terpacu dan termotivasi. Salah satu contohnya adalah guru harus bisa mengajar dengan berbagai macam metode, sehingga pengajar tidak hanya menonton dan menjenuhkan. Kalau guru bisa menggunakan banyak metode pengajar maka siswa akan puas mengikuti setiap proses belajar mengajar, sehingga lebih termotivasi untuk belajar.
b.      Peranan orang tua atau keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab permasalahan dalam belajar. Sebagai contohnya orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya, akan memicu menyebabkan kurangnya semangat dan kemauan belajar anak. Orang tua yang bersifat kejam, otoriter dapat mempengaruhi perkembangan mental anak didik. Untuk itu dibutuhkan hubungan antara orang tua dan anak, karena hal ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Memang kegiatan belajar ditetapkan di sekolah, namun waktu di keluarga jauh lebih banyak. Oleh sebab itu, keluarga sangat berperan dalam kegiatan belajar peserta didik.
c.       Lingkungan yang mempengaruhi faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan disiplin belajar peserta didik. Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan pergaulan dimana peserta didik berada. Salah satu contohnya adalah teman bermain. Jika peserta didik berada pada lingkungan yang jelek maka secara tidak langsung akan terpengaruhi perilaku yang jelek pula.
2.      Faktor Dalam (Intern)
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang dapat mempengaruhi belajar peserta didik. Faktor ini biasanya sudah dibawa sejak lahir oleh peserta didik.
Yang termasuk faktor dalam adalah :
a.       Bakat dari diri peserta didik.
b.      Minat peserta didik.
c.       Sifat dari peserta didik.








BAB IV
KESULITAN BELAJAR
DIANOSA, PROGNOSA DAN TINDAK LANJUT

A.    Diagnosa
Merupakan suatu langkah yang ditempuh untuk mencari dan menentukan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan belajar dimana disini terjadi masalah kurangnya agresifitas dan keaktifan dalam proses pembelajaran Dikjasor.
Dalam diagnosa ini akan dibahas beberapa hal, yaitu :
v  Penentuan masalah yang dihadapi siswa
        Siswa mengalami kurangnya agresifitas dan keaktifan dalam proses pembelajaran bahasa indonesia.
        Kurangnya waktu untuk belajar.
        Kurang ada bakat dalam bahasa indonesia.
v  Klasifikasi masalah
        Masalah kurang bisa mengikuti dalam proses pembelajaran.
        Masalah beban psikologis.
        Masalah pengaturan waktu.
v  Faktor penyebab masalah
        Masalah pengaturan waktu berolahraga yang tidak stabil dan kurang efisien.
        Pengetahuan dan bakat terhadap pendidikan bahasa indonesia sangat kurang.
        Perasaan malu dan takut melakukan gerakan-gerakan dalam pendidikan bahasa indonesia.
        Kurang dapat menguasai terhadap pendidikan bahasa indonesia.

B.     Prognosa
Prognosis adalah suatu langkah yang ditempuh untuk meramalkan hal-hal yang terjadi apabila klien tidak segera diberi bimbingan.
Penulis berusaha memprediksikan hal-hal negatif yang mungkin saja timbul pada diri siswa dan alternatif pemecahannya. Untuk memprediksi hal tersebut diformulasikan sebagai berikut :
v  Akses Negatif yang Timbul
        Merasa kurang percaya diri dan merasa terisolir dari teman-temannya.
        Kurang belajar dan berlatih sehingga prestasinya menurun.
        Cenderung menjadi murung dan pendiam (tidak aktif).
v  Alternatif Pemecahan Masalah
        Berusaha untuk menumbuhkan rasa percaya diri bahwa dirinya mampu menguasai pelajaran pendidikan bahasa indonesia.
        Menggunakan waktu senggang dengan kegiatan yang menunjang prestasinya.
        Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang berhubungan dengan pelajaran bahasa indonesia.
        Tidak enggan bertanya dan minta bantuan kepada siapapun mengenai pelajaran pendidikan bahasa indonesia.
        Menggunakan teman yang berbakat dan menguasai sebagai sumber berlatih dan belajar pendidikan bahasa indonesia.

C.    Treatment
Treatment merupakan suatu usaha untuk mengimplementasikan alternatif pemecahan yang dirumuskan sebelumnya.

D.    Tindak Lanjut
Tindak lanjut dari langkah-langkah selanjutnya sekaligus merupakan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
Untuk memperoleh data yang akurat dan mencukupi, maka penulis menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :
v  Angket atau Questionare
Þ    Yaitu memberi daftar isian yang berisi pertanyaan yang dapat dijawab siswa sesuai dengan keadaanya.
v  Interview
Þ    Yaitu mencari data dengan cara wawancara secara langsung dengan siswa atau guru dan teman-teman sekelasnya.
v  Observasi
Þ    Yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap tingkah laku siswa baik di dalam maupun di luar kelas.
v  Dokumentasi
Þ    Yaitu mendokumentasikan data-data siswa yang berhubungan dengan hasil studinya.
E.     Data Tentang Klien
          I.          Identitas Siswa
a.       Nama Lengkap            : Sunawan
b.      Jenis Kelamin              : Laki-laki
c.       Tempat/Tgl. Lahir       : Jombang, 17 mei 1993
d.      Alamat Rumah            : Dsn. Slumbung  Ds.Manungkerep Kec. Kabuh
e.       Sekolah                       : SMK NEGERI KUDU
f.       Kelas                           : XI TKK 1
g.      Jumlah Saudara           : 2
h.      Anak ke                       : 1
i.        Tinggal Bersama         : Orang Tua Kandung
           II.        Identitas Orang Tua
a.       Nama Ayah                 : Jamat
b.      Agama                         :Islam
c.       Tempat Tanggal Lahir : Jombang, 01 juli 1969
d.      Pendidikan Terakhir    : SD
e.       Pekerjaan                     : Tani
f.       Nama Ibu                    : Alipah
g.      Tempat tanggal lahir  : jombang, 16 september 1974
h.      Agama                         : Islam
i.        Pendidikan Terakhir    : SD
j.        Pekerjaan                     : Ibu Rumah Tangga

           III.       Kebiasaan Belajar Siswa
a.       Ruang belajar                          : ada   
b.      Meja belajar                             : Ada
c.       Waktu belajar                          : 2 jam
           IV.       Bakat dan Cita-cita
a.       Bakat                                       : -
b.      Hobi                                        : Membaca
c.       Cita-cita                                   : Ingin Jadi Orang Sukses


V. Masalah kesehatan
1. sering sakit ketika SD.
2. sering pusing/pening.
3. mdah kaget dan gugup.
V1. Masalah kehidupan ekonomi
1.Kehidapan Ekonomi Tidak Ada Masalah
V11. Masalah Hubungan Sosial Keorganisasian
            1.sukar bergaul.
            2.takut bergaul dengan lingkungan baru.
            3.sering tidak sabar.
            4.lebih senang menjadi anggota daripada pemimpin.
            X1. Masalah penyesuaian terhadap kurikulum
            1.sukar mendapatkan buku-buku.
            2.berminat terhadap buku.
            3.sering merasa kuatir kalau-kalua di suruh maju kedepan kelas.
            4.pelajar hitungan sagat tidak di sukai
           



BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari data yang telah di peroleh dapat penyusun simpulkan bahwa adanya Faktor ekstern yang mempengaruhi diri peserta didik tersebut. Yaitu Guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar disekolah mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam keaktifan belajar peserta didik. Guru harus bisa mengajar dengan berbagai macam metode, sehingga pengajaran yang dilakukan tidak hanya menonton dan menjenuhkan. Kalau guru bisa menggunakan banyak metode pengajar maka siswa akan puas mengikuti setiap proses belajar mengajar, sehingga lebih termotivasi untuk belajar.
Peranan orang tua (keluarga, merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Untuk itu dibutuhkan hubungan antara orang tua dan anak, karena hal ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Memang kegiatan belajar ditetapkan di sekolah, namun waktu di keluarga jauh lebih banyak. Oleh sebab itu keluarga sangat berperan dalam kegiatan belajar peserta didik. Lingkungan yang mempengaruhi faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan/disiplin belajar peserta didik.
Namun bukan hanya karena faktor ekstren saja yang dapat mepengaruhi pembelajaran si siswa tersebut. Karena Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang dapat mempengaruhi belajar peserta didik. Faktor ini biasanya sudah dibawa sejak lahir oleh peserta didik, yang termasuk faktor dalam seperti: Bakat dari diri peserta didik, Minat peserta didik,dan juga Sifat dari peserta didik tersebut. Jika kita sudah mengenal tiga aspek dari si siswa tersebut, dari bakat,minat,dan sifat maka akan dengan mudah mengarahkan dan memotivasinya.  
B.     Saran
Pendidikan adalah tanggung jawab guru di sekolah, orang tua di rumah dan masyarakat di lingkungan. Oleh karena itu :
v  Sebagai seorang tenaga pendidik, guru hendaknya mengenal siswanya dengan baik dengan mengetahui keadaanya dan juga dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa.
v  Sebagai orang tua hendaknya setiap hari meluangkan waktu untuk memeriksakan waktu belajar putra-putrinya di rumah.
v  Guru dan orang tua selalu memberikan motivasi agar anak tersebut mempunyai semangat untuk tetap belajar.










DAFTAR PUSTAKA

Hoedaya, Danu. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Pembelajaran Bola Basket : Konsep dan Metode. Jakarta. Bagian Proyek Pembinaan Kelas Olahraga.

Suryabrata,Sumadi. 2005. Metode Penelitian. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta.

0 komentar:

Posting Komentar